Pages

Ads 468x60px

Featured Posts

Minggu, 16 Februari 2014

LEBIH ENAK JADI PETANI DI INDONESIA

Panen Padi
Kisah panen padi -bila berhasil- adalah kisah paling menyenangkan dalam episode menanam tanaman padi. Jerih payah para petani selama hampir 4 bulan bisa membuahkan hasil. Ada masukkan setelah selama bertanam mengeluarkan biaya yang cukup besar.
Setelah panen, sebagian besar petani padi, setelah itu menyisihkan sebagian kecil dari gabahnya untuk dijadikan benih. Artinya mereka tidak membeli benih kembali.
Toh, kalau pun ada petani yang membeli benih baru, sebagian besar dari petani tsb akan membeli benih non hibrida. Hanya sedikit sekali yang membeli benih hibrida,,,
Peristiwa seperti ini wajib kita syukuri. Dan semoga saja akan berjalan seperti demikian. Apalagi bila ada anak bangsa yang bisa melakukan proses pemulian tanaman padi, kemudian disebarkan kepada petani lain. Seperti Mas Avi dengan benih GH01, GH02, Gh03 da GH04 nya. Semoga ada anak bangsa yang mengikutinya,,,
Dan juga kita perlu bersyukur dengan adanya DEPTAN/KEMENTAN yang tiap tahun mengeluarkan benih-benih baru yang non hibrida sehingga bisa di tanam kembali,,,
Nasib Petani Di India
Ternyata, ini sangat berbeda dengan di Negara India. Di negara tsb, kehidupan petaninya sangat mengerikan. Sungguh mengerikan. Bagaimana tidak? dalam hitungan 30 menit (1/2 jam) ada PETANINYA YANG BUNUH DIRI.
Mengapa demikian?
Silahkan baca tulisan ini
” India adalah negeri yang unique, profesi yang pada umumnya dianggap paling aman di dunia – yaitu petani – ternyata menjadi profesi yang mengerikan di negeri itu. Pasalnya adalah setiap 30 menit rata-rata, satu orang petani bunuh diri di negeri itu. Ribuan kilometer dari India, sebuah gudang super aman sedang dibangun di laut Barents dekat Arctic – 1,100 km dari kutub utara. Apa hubungan kedua cerita ini ?
Dua cerita tersebut terhubung oleh suatu benang merah yang disebut Terminator Technology atau juga disebut GURT (Genetic Use Restriction Technology), suatu technology yang membuat benih hanya bisa ditanam sekali – setelah itu meskipun tanaman bisa menghasilkan biji tetapi tidak bisa menjadi benih lagi.
Gara-gara technology ini petani di India harus membeli benih yang mahal setiap kali hendak menanam. Benih yang mahal ditambah dengan sarana produksi pertanian lainnya (pupuk, pestisida, dlsb) yang juga mahal membuat petani dari waktu ke waktu terjebak dalam hutang yang semakin membesar dan akhirnya bunuh diri.
Satu perusahaan benih raksasa dunia saja bisa menguasai sampai 95 % dari benih tanaman tertentu yang dibutuhkan oleh negeri itu, jadi bisa dibayangkan dampaknya pada ketergantungan benih yang mahal untuk industri pertanian.
Barangkali ini scenario a la Henry Kissinger yang ketika menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1970-an, saat itu dia membuat membuat pernyataan “If you control the oil, you control the country; if you control food, you control the population”.
Setelah minyak kini terbukti dikendalikan oleh segelintir pihak – yang juga terbukti mengendalikan negara, sejumlah pihak rupanya sedang ancang-ancang untuk mengendalikan pangan dunia. Petani-petani yang bunuh diri di India tersebut hanyalah contoh-contoh korban yang sudah terjadi, karena beberapa pihak sedang meng-exercise keahliannya untuk menguasai sumber-sumber pangan dunia.
Siapa-siapa mereka ini ? Orang selama ini terkagum-kagum dengan yayasannya Bill and Melinda Gates yang anggaran belanjanya saja mendekati anggaran belanja badan dunia sekelas WHO ! tetapi untuk apa ini ? Menurut salah satu laporannya Centre for Research and Globalization (CRG) Canada, Sebagian kecil memang dana tersebut untuk program-program kemanusiaan – agar foundation tersebut mendapatkan keistimewaan pajak.
Tetapi yang sangat besar dari anggaran yayasan orang paling kaya di dunia ini adalah untuk program-program yang memiliki agenda khusus. Salah satunya yang sangat besar adalah untuk membiayai gudang benih hari kiamat atau mereka sebut Doomsday Seed Fault di laut Barents tersebut di atas.
Di suatu tempat yang nyaris tidak berpenghuni – di Swalbard – sebuah gudang super aman dibangun. Gudang ini dirancang untuk tahan terhadap guncangan nuklir sekalipun, dan bisa dioperasikan secara otomatis tanpa perlu operator manusia di sana.
Apa isinya ? ya itu tadi jutaan benih dari seluruh dunia yang menurut mereka sudah di’mulia’kan dengan genetic technology – padahal siapa yang lebih mulia ciptaannya selain dari Allah Sang Pencipta sendiri ?
Mungkin kalau hanya Bill Gates dan istrinya yang membangun gudang tersebut, orang masih bisa berprasangka baik bahwa karena dia orang super kaya – maka dia ingin dan bisa berbuat banyak untuk kemanusiaan.
Baru menjadi mencurigakan karena ternyata Gates tidak sendirian, disampingnya ada Rockefeller Foundation dan berbaris dibelakangnya hampir seluruh nama-nama besar dunia di bidang GMO – Genetically-Modified Organism, yaitu para penguasa benih dunia yang antara lain membuat para petani India bunuh diri di atas.
Jadi di dekat kutub utara yang sangat dingin, ditempat yang nyaris tidak dijamah oleh manusia – sedang dibangun upaya untuk menguasai pangan dunia. Suatu upaya untuk mengimplementasikan ucapan Henry Kissingers “If you control food, you control population”.
Menjadi lebih menarik lagi, bila kita gali siapa-siapa di belakang foundations dan corporations yang sedang membangun ‘bukit roti’ ini dengan hadits shahih berikut : “ Tidak ada orang yang lebih banyak bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi Wasallam tentang Dajjal daripadaku, dan beliau bersabda kepadaku : “Hai anakku ! engkau tidak usah terlalu risau memikirkannya. Dia tidak akan mencelakakanmu ! “ Kataku : “Orang-orang menganggap bahwa Dajjal itu mempunyai sungai mengalir dan bukit roti”. Beliau bersabda : “ Itu sangat mudah bagi Allah Ta’ala untuk menciptakannya”. (Shahih Muslim no 4005 dan Shahih Bukhari no 6589 dengan teks yang sedikit berbeda).
Maka agar populasi kita tidak dikendalikan oleh ‘pasukan Dajjal’ yang sedang membangun ‘bukit rotinya’ sambil mulai berupaya mengendalikan pangan dunia – seperti yang sudah terjadi di India, maka sungguh umat ini perlu benar-benar beriman dan beramal shaleh (QS 18:2) agar bisa benar-benar keluar dari ‘fitnah Dajjal’ baik Dajjal kecil maupun yang besar nantinya.
Dalam kaitan dengan ‘bukit roti’ yang sedang dibangun ‘Dajjal’, amal shaleh yang kita butuhkan antara lain ya menguasai seluk-beluk pangan kita dari hulu sampai hilirnya.
Dari hulunya adalah usaha untuk menghasilkan benih atau bibit-bibit makanan kita sendiri, mengelola lahan-lahan pertanian/perkebunan kita sendiri – sampai di hilirnya adalah menguasai menu-menu makanan di meja makan kita yang tidak boleh dikendalikan oleh scenario ‘roti Dajjal’.
Mengapa demikian ?, karena kalau hanya di hulu kita kuasa – tetapi menu di meja makan masih menu mereka – maka mau tidak mau kita akan tergantung pada sumber bahan baku dari mereka.
Demikian pula sebaliknya, bila hanya di menu saja kita dandani sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah sementara di hulu produksi bahan bakunya tidak kita kuasai – maka kita juga akan tergantung pada bahan baku dari ‘bukit roti’ mereka.
Barangkali inipula salah satu hikmahnya kita disunahkan untuk menghafal 10 ayat pertama dari surat Al-Kahfi untuk bisa menghidari fitnah Dajjal. Karena didalamnya antara lain ada ayat yang memerintahkan kita untuk beriman dan beramal shaleh tersebut di atas.
Maka inilah salah satu amal shaleh yang kini menjadi fardhu kifayah – bagi umat ini, yaitu membangun kemandirian pangan kita sendiri. Bukan hanya untuk bangsa, tetapi lebih luas dari itu yaitu untuk umat. Sebagian dari petani-petani yang tercekik kehidupannya di India sana juga bagian dari umat ini, dan mereka menjadi cermin bagi kita – akan seperti itulah kita bila kita tidak beramal shaleh mulai dari kita di sini di jaman ini. InsyaAllah
Ayo Mandiri benih
Melihat cerita di atas, bila petani di negara kita tidak waspada, maka bukan tidak mungkin kehidupan pilu petani di India akan terjadi di negeri ini. Nauzubillah !!!
Sebabnya, petani-petani di india sangat tergantung pada benih, pupuk-pupuk kimia, pestisida, dll. Dan juga peran pemerintahnya yang mau saja diarahkan oleh para cukung benih dari negara lain yang berkedok teknologi.
Sekarang saja, sudah banyak petani di negara ini yang mencoba mengikuti langkah petani India tsb. Mereka sangat tergantung pada pupuk-pupuk kimia dan pestisida kimia. Hanya saja, sebagian besar petani di negara ini tidak tergantung pada benih hibrida yang mahal tsb. Benih yang hanya bisa sekali pakai,,,
Sudah saatnya, sebagai petani kita kurangi hal-hal yang bisa membahayakan petani bangsa ini.
Oleh sebab itu, marilah kita rapatkan barisan agar petani kita tidak mudah memakai benih-benih dari luar sana. Apalagi benih-benih yang merupakan makanan pokok bangsa ini. Sudah saatnya kita mulai mandiri dalam benih, mandiri dalam pupuk, mandiri dalam pestisida -alami- , dll.

Jumat, 17 Januari 2014

                                                    Antara Perut dan Sawah

Kalau saya renungkan dalam-dalam, sebenarnya ada persamaan antara  perut kita dan lahan sawah. Keduanya, merupakan wadah penampungan. Bisa mendapat masukan apa saja,,,
Perut kita
Perut kita bila dimasukkan makanan-makanan atau minuman-minuman yang alami, hasilnya akan sehat. Sebab jangan salah, di dalam perut kita juga terdapat mikroorganisme yang menguntungkan. Di perut juga ada zat pengurai, enzim, dll.
Apa jadinya, bila perut kita lebih banyak dimasukkan bahan-bahan kimia, seperti rokok, makanan-makanan olahan kimia, minuman berkarbonasi seperti coca-cola, bigcola, dll.
Akibatnya, mikroorgansime pengurai yang ada di dalam perut tidak dapat lagi bekerja secara maksimal. Bila sudah demikian, maka kerusakan-kerusakan akan terjadi di pencernaan kita.
Lahan sawah
Seperti saya katakan sebelumnya, apa-apa yang ada di perut dapat kita saksikan di sawah-sawah sebagian besar petani kita. Banyak bahan-bahan kimia berbahaya masuk ke dalam sawah. Kita masukkan herbisida untuk membunuh gulma-gulma, rerumputan dll.
Setelah itu, kita masukkan lagi insektisida, moluskasida, fungisida, bakterisida, dll. Akibatnya, mikroorganisme-mikkroorganisme yang ada di dalamnya akan berkurang drastis. Bahkan bisa saja, hampir tak ada.
Bila sudah demikian, jangan heran kalau kita saksikan sekarang ini, banyak keluhan dari para petanikarena masalah hasil panen berkurang, hama penyakit banyak, gagal panen, dll.
Perut sehat dan sawah sehat
Akan indah, bila perut kita lebih dapat asupan bahan-bahan alami seperti sayuran, buah beneran (bukan buah-buahan hee), singkong, ketela, dll, yang tanpa ada proses kimia. Bila demikian, maka mikroorganisme pengurai  di dalam perut kita akan senang. MO akan bekerja dengan giat.
Demikian pula, bila sawah kita dimasukan bahan organik, rerumputan, dedauan, kotoran hewan, dll. Maka mikroorganisme di dalam sawah akan menyambut dengan gembira. Sebab  “nyawa” sebuah sawah adalah adanya mikroorganisme yang melakukan proses penguraian.
Sebagai referensi bisa baca di bawah ini sehing  sehingga dapat menambah wawasan kita.
Tubuh kita sebenarnya di desain dengan sangat sempurna oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Semuanya dibuat dalam suatu keseimbangan yang indah.
Ketika terjadi gangguan atau ketakseimbangan dalam tubuh, maka muncullah berbagai penyakit yang kerap tak disadari sudah memberi tanda tanda pada tubuh kita.
Tubuh sebenarnya punya sistem pembuangan atau pengeluaran yang sudah sempurna, namun saat terjadi masalah akibat banyaknya asupan sampah atau banyak mengandung bahan bahan kimia.
Apa yang terjadi? maka makanan makanan tadi tak mampu lagi dicerna dan dimetabolisme tubuh disebabkan karena tubuh tak mempunyai pengurai dan makanan tersebut sudah terlalu dominan dalam perut atau pencernaan manusia.
Apa penyebabnya?
Dalam bahasa saya “tekor” sederhananya, lebih banyak makanan sampah yang sudah tidak ada lagi gizi di dalamnya akiibat terlalu banyak pengolahan dan terlalu banyaknya bahan kimia sintetik yang dimasukan dalam makanan tersebut sebagai suatu konsekuensi industri yang memproduksi massal.
Perut atau pencernaan kita dibekali Allah Subhanahu Wata’ala dengan enzim dan mikroorganisme pengurai yang bekerja untuk mencerna makanan atau apapun yang masuk ke dalam perut manusia.
Ketika perut terzolimi, mulai dari enzimnya, mikrorganismenya tak mampu bekerja lagi, maka makanan makanan yang masuk dalam tubuh akan menumpuk, tak mampu diurai karena “pekerja” nya pada keletihan dan tak mampu kuasa kerja lagi.
Kenapa bisa begitu?
Ketika “tekor” maka otomatis yang terjadi kinerja organ-organ ini akan mengalami kemunduran, perut atau pencernaan maksudnya.
Sampah sampah ini sebenarnya sudah kita ketahui bersama, setiap bahan bahan kimia sintetik yang dimasukan dalam produk apapun yang dikonsumsi manusia akan melemahkan kerja perut atau pencernaan manusia.
Kalau isinya semua bahan kimia sintetik seperti obat-obatan kimia sintetik seperti  apa jadinya?
Inilah yang akan menguras kerja pencernaan yang salah satunya dikenal dengan efek samping, jadi berhati hatilah dalam mengkonsumsi obat kimia sintetik.
Namun, yang paling harus diperhatikan justru bukan obat kimia sintetik, tapi justru makanan minuman dan berbagi produk harian yang dimakan oleh manusia.
Semakin banyak produk olahan yang dikonsumsi, maka semakin besar peluang menumpuknya makanan sampah dalam tubuh manusia.
Apa tanda-tandanya?
Paling mudah adalah terlalu seringnya mengantuk, emosi yang naik turun,  mood tidak jelas, badan yang selalu sakit sakitan.
Yah ini hanya sebagian kecil, masih ada sebagian besar lainnya.
Solusinya?
Pertama, hindari produk Olahan, kemasan sebisa mungkin, jika dikonsumsi pun hanya sekedar untuk pemuas selera.
Kedua, perbanyaklah konsumsi produk asli dan alami tanpa bahan kimia sintetik di dalamnya seperti; buah, sayur, produk herbal dari lebah atau yang lainnya.
Ketiga, makanlah produk fermentasi yang membantu mencerna dan membantu enzim dan bakteri dalam pencernaan kita seperti cuka, atau produk fermentasi lainnya seperti ragi.

Rabu, 30 Mei 2012

Rabu, 01 Februari 2012

Ketahanan Pangan perlu leadership
VIVAnews – Persoalan pangan adalah masalah yang sangat penting, bukan hanya pada saat sekarang, tetapi pada masa-masa mendatang. Bahkan, tidak sedikit para pemimpin bangsa yang mengingatkan betapa pentingnya pangan dalam kehidupan umat manusia.
Presiden Soekarno ketika meletakkan batu pertama pembangunan kampus IPB pada tahun 1952 mengingatkan bahwa persoalan persediaan pangan bagi bangsa Indonesia merupakan “soal hidup atau mati”.
Jawaharial Nehru, salah satu pemimpin besar India, juga pernah mengatakan:
“Everything can wait, not agriculture. First of all, obviously, we must have enough food. Secondly, other necessities … “.